Hubungan Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Majapahit sebenarnya akan dimulai kembali dengan nuansa romantis Ada permainan hati antara dua lawan jenis yang ingin menyatu dalam keagungan pernikahan Ya berawal dari Raja Hayam Wuruk yang jatuh hati kepada Dyah Pitaloka Citraresmi Putri Kerajaan Sunda Namun tragedi Perang Bubat telah menyisakan luka dendam dan permusuhan yang panjang Prosesi pernikahan yang seharusnya berlangsung khidmat dan syahdu berakhir dengan perang yang memilukan Buku di tangan Anda ini menguak sejarah kelam antara Jawa dan Sunda Di dalam buku ini kita akan menemukan bagaimana awal mula terjadinya Perang Bubat Kemudian kita akan diajak untuk membuka kesadaran atas dampak dampak yang timbul setelah terjadinya Perang Bubat tersebut Pada bagian akhir kita akan mengkaji rekonsiliasi yang dilakukan secara kultural maupun struktural untuk mengobati luka dan mengakhiri dendam Kehadiran buku ini berupaya mengupas secara objektif mulai dari asal muasal peristiwa Perang Bubat dampak dampak dan juga upaya rekonsiliasi akibat Perang Bubat Dengan membaca buku ini diharapkan pembaca akan menemukan bagaimana cara mengakhiri perselisihan melalui sejarah yang tidak pernah bisa kita rekaulang Semoga buku ini dapat membuka tabir gelap agar kita dapat menyongsong masa depan lebih indah Hubungan Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Majapahit sebenarnya akan dimulai kembali dengan nuansa romantis. Ada permainan hati antara dua lawan jenis yang ingin menyatu dalam keagungan pernikahan. Ya, berawal dari Raja Hayam Wuruk yang jatuh hati kepada Dyah Pitaloka Citraresmi, Putri Kerajaan Sunda. Namun, tragedi Perang Bubat telah menyisakan luka, dendam ...dan permusuhan yang panjang. Prosesi pernikahan yang seharusnya berlangsung khidmat dan syahdu, berakhir dengan perang yang memilukan. Buku di tangan Anda ini menguak sejarah kelam antara Jawa dan Sunda. Di dalam buku ini, kita akan menemukan bagaimana awal mula terjadinya Perang Bubat. Kemudian, kita akan diajak untuk membuka kesadaran atas dampak-dampak yang timbul setelah terjadinya Perang Bubat tersebut. Pada bagian akhir, kita akan mengkaji rekonsiliasi yang dilakukan secara kultural maupun struktural untuk mengobati luka dan mengakhiri dendam. Kehadiran buku ini berupaya mengupas secara objektif, mulai dari asal muasal peristiwa Perang Bubat, dampak-dampak, dan juga upaya rekonsiliasi akibat Perang Bubat. Dengan membaca buku ini, diharapkan pembaca akan menemukan bagaimana cara mengakhiri “perselisihan” melalui sejarah yang tidak pernah bisa kita rekaulang. Semoga buku ini dapat membuka tabir gelap agar kita dapat menyongsong masa depan lebih indah.