Di era milenial ini tantangan pesantren di Indonesia semakin besar khususnya dalam aspek kurikulum pendidikannya yang masih memiliki dominasi kecenderungan dalam formulasinya baik pada pesantren salaf maupun khalaf modern Hal ini tentunya dapat dilihat dari output seluruh pesantren secara merata di Indonesia khususnya dalam metode pembelajaran Bahasa Arab Pesantren salaf memiliki kecenderungan yang dominan penguasaannya lebih pada qow id nya daripada muh dasah nya Sebaliknya pesantren khalaf memiliki kecenderungan lebih mengutamakan penguasaan muh dasah nya daripada penguasaan qow id nya sehingga selain menjadi keunggulan masing masing di sisi lain juga merupakan bagian kelemahan masing masing pesantren yang harus mendapat perhatian khusus Untuk itu buku ini hadir untuk memberikan informasi mengenai model integrasi pada formulasi kurikulum pesantren salaf dan atau khalaf yang tepat sesuai perkembangan zaman proporsional dan holistik yakni pada penguasaan muh dasah percakapan dan qow id dasar dasar dengan tetap menjaga diktum yang sudah lama dikenal oleh kalangan pesantren sendiri yaitu al muh fadlatu ala al qodh mi ash sh lih ma a al akhzu b al jad di al ashl h memelihara hal hal baik yang telah ada sambil mengembangkan hal hal yang baru yang lebih baik Buku ini sangat relevan jika digunakan sebagai referensi mahasiswa dosen peneliti ataupun praktisi pengelola institusi pendidikan Islam pesantren khususnya pada pengembangan aspek kurikulumnya Di era milenial ini, tantangan pesantren di Indonesia semakin besar, khususnya dalam aspek kurikulum pendidikannya yang masih memiliki dominasi kecenderungan dalam formulasinya, baik pada pesantren salaf maupun khalaf (modern). Hal ini tentunya dapat dilihat dari output seluruh pesantren secara merata di Indonesia, khususnya dalam metode pembelajaran Bahasa Arab. Pesantren salaf memiliki ...kecenderungan yang dominan penguasaannya lebih pada qowā’id–nya daripada muhādasah-nya. Sebaliknya, pesantren khalaf memiliki kecenderungan lebih mengutamakan penguasaan muhādasah–nya daripada penguasaan qowā’id–nya sehingga selain menjadi keunggulan masing-masing, di sisi lain juga merupakan bagian kelemahan masing-masing pesantren yang harus mendapat perhatian khusus. Untuk itu, buku ini hadir untuk memberikan informasi mengenai model integrasi pada formulasi kurikulum pesantren salaf dan/atau khalaf yang tepat sesuai perkembangan zaman, proporsional, dan holistik yakni pada penguasaan muhādasah (percakapan) dan qowā’id (dasar-dasar) dengan tetap menjaga diktum yang sudah lama dikenal oleh kalangan pesantren sendiri, yaitu “al-muhāfadlatu ‘ala al-qodhīmi ash shālih ma’a al akhzu bī al jadīdi al ashlāh” (memelihara hal-hal baik yang telah ada sambil mengembangkan hal-hal yang baru yang lebih baik). Buku ini sangat relevan jika digunakan sebagai referensi mahasiswa, dosen, peneliti, ataupun praktisi pengelola institusi pendidikan Islam “pesantren”, khususnya pada pengembangan aspek kurikulumnya.