Kau bilang hujan itu egois seperti aku Bumi tak pernah bisa menolak hujan yang jatuh padanya begitupun kau yang tak pernah bisa menolak jatuh padaku Aku tertawa dan pipiku memerah Saat itu aku ingin waktu melambat membiarkan kita memanjatkan doa doa kepada langit Aku ingin kita mengucap bersama harap harap yang tercipta di dada kita Dan aku ingin menatap matamu menjatuhkan diriku ke dalamnya Sebab di sana aku temukan bahagia yang tak bisa kuciptakan sendirian Nyatanya senja hanya akan pulang setelah gerimis hujan bertandang Di mataku Buku ini berisi 3 buah puisi pada awal tengah dan akhir halaman Di antara puisi puisi itu di isi dengan prosa narasi Bercerita tentang banyaknya rasa perpisahan dan beberapa pertemuan yang di rekam dalam tiap kata katanya Kau bilang hujan itu egois seperti aku. Bumi tak pernah bisa menolak hujan yang jatuh padanya, begitupun kau yang tak pernah bisa menolak jatuh padaku. Aku tertawa dan pipiku memerah. Saat itu aku ingin waktu melambat, membiarkan kita memanjatkan doa-doa kepada langit. Aku ingin kita mengucap bersama harap-harap yang tercipta di ...dada kita. Dan aku ingin menatap matamu, menjatuhkan diriku ke dalamnya. Sebab di sana aku temukan bahagia yang tak bisa kuciptakan sendirian. Nyatanya senja hanya akan pulang setelah gerimis hujan bertandang. Di mataku. Buku ini berisi 3 buah puisi pada awal, tengah, dan akhir halaman. Di antara puisi-puisi itu di isi dengan prosa narasi. Bercerita tentang banyaknya rasa perpisahan dan beberapa pertemuan yang di rekam dalam tiap kata-katanya.