Tumbangnya Orde Baru dan lahirnya era reformasi berimplikasi luar biasa terhadap kehidupan demokrasi di negeri ini Salah satu tuntutan reformasi adalah penyelenggaraan pemilu secara langsung umum bebas rahasia jujur dan adil Pemilu sebagai salah satu bentuk perwujudan daulat rakyat seyogianya merupakan pencerminan nilai nilai kepribadian bangsa Indonesia yakni Pancasila Sayangnya kuatnya pertarungan antarkepentingan politik menyebabkan pemilu mulai kehilangan esensinya Kehadiran buku ini tidak terlepas dari isu isu dan kontroversi yang selalu menghangat dan seolah tiada henti membayangi penyelenggaraan pemilu Hal ini dapat dilihat dari regulasi pemilu yang sangat dinamis Hampir setiap lima tahun sekali regulasi pemilu berganti Ironisnya masalahmasalah yang selalu menjadi kontroversi hanya itu itu saja Jika dipetakan kontroversi dalam setiap perhelatan pemilu tidak terlepas dari rendahnya integritas penyelenggara pemilu partisipasi pemilih persyaratan peserta pemilu penghitungan dan sengketa hasil pemilu Kelompok kelompok khususnya partai politik yang selalu berfikir pragmatis demi kepentingan sesaat menyebabkan regulasi pemilu tidak pernah ideal Dalam diskursus dan kontroversi tersebut penulis hadir mengamati dan selalu berupaya memberikan tanggapan dan catatan sesuai dengan bidang keilmuan penulis yakni hukum tata negara Agar dapat dikonsumsi publik yang lebih luas tanggapan dan catatan tersebut kemudian termuat dalam kolom opini di berbagai surat kabar Untuk menguatkan ingatan sekaligus menjadi bahan evaluasi dalam penyelenggaraan pemilu berikutnya artikelartikel tersebut kemudian dihimpun menjadi satu buku Buku ini dibagi ke dalam tujuh bagian besar yakni Bagian I Pemilu dan Pembelajaran Demokrasi Bagian II Regenerasi Kepemimpinan Politik Bagian III Hak Politik Bagian IV Pembaharuan Partai Politik Bagian V Dinamika Hukum Pemilu Bagian VI Pemilihan Kepala Daerah Bagian VII Sengketa Pemilu Tumbangnya Orde Baru dan lahirnya era reformasi berimplikasi luar biasa terhadap kehidupan demokrasi di negeri ini. Salah satu tuntutan reformasi adalah penyelenggaraan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilu sebagai salah satu bentuk perwujudan daulat rakyat seyogianya merupakan pencerminan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia, yakni Pancasila. Sayangnya, kuatnya pertarungan ...antarkepentingan politik menyebabkan pemilu mulai kehilangan esensinya. Kehadiran buku ini tidak terlepas dari isu-isu dan kontroversi yang selalu menghangat dan seolah tiada henti membayangi penyelenggaraan pemilu. Hal ini dapat dilihat dari regulasi pemilu yang sangat dinamis. Hampir setiap lima tahun sekali regulasi pemilu berganti. Ironisnya, masalahmasalah yang selalu menjadi kontroversi ‘hanya itu-itu’ saja. Jika dipetakan, kontroversi dalam setiap perhelatan pemilu tidak terlepas dari rendahnya integritas penyelenggara pemilu, partisipasi pemilih, persyaratan peserta pemilu, penghitungan dan sengketa hasil pemilu. Kelompok-kelompok, khususnya partai politik, yang selalu berfikir pragmatis demi kepentingan sesaat menyebabkan regulasi pemilu tidak pernah ideal. Dalam diskursus dan kontroversi tersebut, penulis hadir mengamati dan selalu berupaya memberikan tanggapan dan catatan sesuai dengan bidang keilmuan penulis yakni hukum tata negara. Agar dapat dikonsumsi publik yang lebih luas, tanggapan dan catatan tersebut kemudian termuat dalam kolom opini di berbagai surat kabar. Untuk menguatkan ingatan sekaligus menjadi bahan evaluasi dalam penyelenggaraan pemilu berikutnya, artikelartikel tersebut kemudian dihimpun menjadi satu buku. Buku ini dibagi ke dalam tujuh bagian besar, yakni Bagian I Pemilu dan Pembelajaran Demokrasi; Bagian II Regenerasi Kepemimpinan Politik; Bagian III Hak Politik; Bagian IV Pembaharuan Partai Politik; Bagian V Dinamika Hukum Pemilu; Bagian VI Pemilihan Kepala Daerah; Bagian VII Sengketa Pemilu.